Tampilkan postingan dengan label Movie. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Movie. Tampilkan semua postingan

Letters To God


Perjuangan Iman Seorang Anak Melawan Kanker

Diproduksi oleh David Nixon, salah satu sutradara di balik film sukses bertema Kristen "Facing The Giants" dan "Fireproof," "Letters to God" bercerita tentang Tyler Doherty, seorang anak delapan tahun penderita kanker yang menulis surat kepada Tuhan dalam bentuk doa.

Dalam suratnya, Tyler (Tanner Maguire) berbicara kepada Allah seperti layaknya teman dekat dengan cara yang menyiratkan bahwa ia akan bertemu Sang Khalik tidak terlalu lama lagi. Tyler memiliki semangat yang tangguh. Dia selalu berusaha melakukan apa yang Yesus akan lakukan, meskipun ia menderita tumor otak dan harus melalui kemoterapi.

Ayahnya meninggal beberapa tahun sebelumnya. Kakaknya Ben (Michael Bolten), merasa marah pada hilangnya figur ayah dan juga ibunya, Maddy Doherty (Robyn Lively) karena dia harus mengurus Tyler sepenuh waktu.

Nenek Tyler datang untuk tinggal bersama mereka dan memberikan perspektif Kristen yang kuat bagi seisi rumah. Sementara tetangga sebelahnya seorang gadis bernama Samantha (Bailee Madison), siap untuk menjadi pembela Tyler. Ketika suatu hari Tyler pergi ke sekolah setelah dua bulan absen, seorang anak mengolok-olok dia. Sam mendorong wajah anak itu ke dalam makan siangnya di kantin sekolah.

Ketika surat Tyler tiba di kantor pos, seperti yang dapat dibayangkan, timbul kebingungan akan dikemanakan surat-surat tersebut. Dan tugas ini menimpa Brady McDaniels (Jeffrey SS Johnson), untuk mengurusnya. Brady adalah petugas pengantar surat yang tengah terpisah dari istri dan anak laki-lakinya.

Tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan surat-surat itu, Brady mencoba membawanya ke gereja—sebuah tempat yang tampaknya baik untuk bisa menyampaikan surat tersebut kepada Allah—tetapi pendeta setempat menjelaskan bahwa surat-surat itu dipercayakan kepada Brady karena suatu alasan. Jadi akhirnya Brady harus bergumul dengan dirinya sendiri, dan ia memutuskan akan melakukan misi dari Tuhan.

Seiring waktu, Brady mulai membentuk persahabatan dengan Tyler dan keluarganya. Melalui jalan surat-surat Tyler, akhirnya kehidupan Brady kemudian berbalik dan dia datang kepada Kristus. Bahkan, satu per satu, tetangga Samantha dan teman-temannya datang kepada Kristus.


Film "Letters to God" ini banyak berbicara tentang Yesus. Orang-orang berdoa secara terbuka dalam film ini, mendiskusikan tentang kematian, dan bersukacita dalam hidup mereka. Meski dibuat dengan biaya rendah, film ini berhasil menembus Top 10 Box Offixe pada minggu pertama pemutaran yang dimulai 9 April 2010.

Film yang dibuat berdasarkan kisah nyata ini memberikan kesan yang begitu mendalam. Dikelilingi oleh keluarga serta orang-orang yang mencintai dan dipersenjatai dengan iman, Tyler menghadapi pertarungan hari demi hari melawan kanker dengan keberanian dan anugerah. Akankah doa-doa itu dijawab dan Allah menyembuhkan Tyler?
Sumber: (http://www.terangdunia.com/ )
read more...

Click

Satu lagi film komedi yang dibintangi oleh Adam Sandler, judulnya Click.
Meski kekonyolan Adam Sandler dalam film ini tidak seheboh Jim Carrey dengan Ace venturanya, namun cukuplah rasanya untuk menggelitik saraf tawa kita.
Film Click adalah sebuah film bergenre komedi fiksi. Dan menurut saya, sang penulis skenario dengan begitu hebatnya mampu menggali serta mengeksplorasi cerita, sehingga terciptalah sebuah film fiski yang cukup detil.

Film berawal dari keinginan Michael Newmann (Adam Sandler) untuk memiliki sebuah remote universal, satu remote yang mampu mengerjakan semua, mulai dari menghidupkan TV, membuka pintu garasi, bahkan sampai mengendalikan mobil-mobilan milik anaknya.

Keinginan Michael ini terpicu secara otomatis, karena pada saat ia hendak menyalakan TV di rumahnya, selalu saja ia salah menekan remote. Alih-alih ingin menghidupkan TV, malah pintu garasi yang terbuka. Bukan hanya pintu garasi, tapi juga kipas angin dan mainan radio control anaknya yang sering tertekan, saat ia bermaksud menyalakn TV. Maklum saja, di rumah Michael memang banyak sekali remote control, sehingga ia bingung yang mana remote untuk TV dan yang mana remote untuk lainnya.

Akhirnya, ia memutuskan untuk pergi ke toko "Bed, Bath, and Beyond", untuk membeli remote yang ia sebut sebagai remote universal. Sebuah remote yang mampu mengerjakan semua.
Di toko ini ia bertemu dengan Morty, orang yang berpakaian seperti profesor.
Michael akhirnya mendapatkan apa yang diidamkannya selama ini. Namun pada saat ia sampai di rumah, betapa terkejutnya ia ketika mengetahui bahwa remote yang baru saja didapatnya dari Morty secara gratis, tidak hanya mampu mengendalikan semua pekerjaan (universal) sesuai keinginannya, tapi juga mampu mengendalikan seluruh alam semesta (universe).
Michael sendiri baru mengetahui hal ini di rumah, saat ia tidak sengaja mengarahkan remote-nya ke arah sang istri yang sedang mengomel seraya menekan tombol stop. Dan...voila!
Sang istri pun berhenti seketika.

Michael dan remote barunya awalnya nampak akrab dan tidak memiliki masalah.
Masalah sendiri mulai dialami Michael saat ia tidak sabar untuk menantikan waktu promosi jabatannya, yang ia perkirakan hanya memakan waktu 2 bulan. Ia pun mempercepat waktu hingga ke saat di mana ia naik jabatan.
Namun siapa sangka, ternyata promosinya membutuhkan waktu 1 tahun. Ia sendiri bahkan melewatkan saat-saat di mana ia mulai bertengkar dan memutuskan untuk berpisah dengan istrinya dalam jangka 1 tahun tersebut.
Masalah ini belum usai, namun masalah baru pun muncul juga. Ternyata remote sakti yang dipegangnya memiliki fitur yang disebut auto-forward. Yaitu fitur yang memungkinkan remote tersebut memajukan waktu secara otomatis, di event-event tertentu yang sering diskip (dilewatkan) oleh Michael. Remote tersebut menganggap bahwa usaha Michael untuk men-skip masa-masa petengkaran dengan istrinya, masa-masa sakitnya, masa-masa di mana ia mengalami kemacetan saat hendak pergi ke kantor dengan mobil, dan masa-masa menjelang kenaikan jabatannya, adalah sebagai sebuah kebiasaan.
Jadi bisa dibayangkan, apa yang terjadi jika Michael bertengkar dengan istrinya, mengalami sakit, terjebak macet saat hendak pergi ke kantor, atau akan dipromosikan jabatannya oleh sang bos?
Ya, tentu saja yang terjadi adalah bunyi beep...beep...beep...
Dan waktu pun dipercepat dengan sendirinya oleh sang remote.

Film Click, seperti yang sudah saya katakan tadi, merupakan film komedi fiksi yang cukup detil. Jika kita menjadi Michael pun pasti kita akan melakukan hal yang sama sepertinya.
Siapa di antara kita yang tidak ingin melewatkan masa-masa susah yang kita alami? Tentu tidak ada yang tidak ingin, bukan?
Dari film ini, kita (atau setidaknya saya) mendapatkan sebuah pelajaran berharga. Bahwa masa-masa susah yang kita alami adalah bagian dari kehidupan. Janganlah kita berusaha lari apalagi sampai men-skipnya, seperti yang dilakukan Michael.
Sebab kondisi-kondisi sesulit apapun memang sudah dirancang oleh Tuhan untuk memperkuat fondasi kehidupan kita nantinya.
Satu lagi pelajaran berharga dari film ini. Keluarga lebih penting (atau setidaknya sama penting) daripada pekerjaan, seperti yang dikatakan oleh Michael di akhir-akhir film.

Untuk film ini saya memberi nilai 9,25/10. Mungkin jika pemeran utamanya Jim Carrey, bisa saya beri nilai 10/10.
Bagi yang belum sempat menyaksikan film ini, saya rekomendasikan anda untuk segera menontonnya.
Selamat menyaksikan Click dan selamat tertawa terbahak-bahak!

Sumber : (http://ogata-mason.blogspot.com/2007/08/resensi-click.html)
read more...

A Dog’s Story, Kisah Anjing Setia Sampai Mati

HACHIKO


Film "Hachiko: A Dog’s Story" bercerita tentang seekor anjing yang sangat setia pada tuannya, melebihi batas kesetiaan anjing pada rata-rata.

Cerita ini bermula ketika Profesor Parker Wilson (Richard Gere) menemukan seekor anjing kecil di Stasiun Kereta Api Bedridge, Wonsocked, Amerika Serikat, tempat ia biasa pergi bekerja dan pulang dari kerja. Anjing berjenis akita itu kemudian diajaknya pulang ke rumah dan diberi nama Hachiko.

Parker dan istrinya Cate (Joan Allen) merawat anjing itu hingga Hachiko bertumbuh besar dan tiada tiada hari yang dilewatkan Parker tanpa bermain dengan Hachiko.

Suatu hari, ketika Hachiko sudah beranjak dewasa, tanpa disangka ia mengikuti Parker ke stasiun saat Parker berangkat kerja. Parker terpaksa keluar dari kereta untuk memulangkan Hachico ke rumah.

Namun, ternyata Hachico menjemputnya di stasiun pada pukul 17.00. Sejak saat itu Parker membiarkan Hachico mengantar-jemputnya di stasiun.

Para pemilik kios, pedagang, dan pejalan kaki, serta "commuter" (orang yang bekerja secara "nglaju") tercengang-cengang dengan kelakuan Hachiko yang tidak seperti anjing pada umumnya.

Semua orang orang di sekitar Stasiun Bedridge menyayangi Hachiko dan selalu menyapa anjing itu layaknya sebagai manusia.

Sampai pada satu hari, Hachiko tak menemukan kedatangan tuannya di stasiun pada pukul 17.00.

Parker Wilson ternyata meninggal karena serangan jantung ketika ia tengah mengajar, sementara Hachiko sepertinya tak pernah mengerti perihal meninggalnya Parker.

Setelah kematian Parker, Cate menjual rumahnya dan meninggalkan Bedridge. Sementara Hachiko dipelihara oleh anak perempuan Parker, Andy Wilson (Sarah Roemer).

Berulang kali Hachiko kabur dari rumah Andy untuk pergi ke stasiun, berharap ia akan menemukan tuannya kembali.

Andy selalu menjemput Hachiko di stasiun hingga pada akhirnya Andy merelakan Hachiko pergi. Hachiko tinggal di stasiun dan pada pukul 17.00, ia akan duduk di bundaran di depan stasiun, menanti kedatangan tuannya.


Keunikan tingkah laku Hachiko itu menarik perhatian orang-orang di sekitar situ, bahkan tulisan mengenainya dimuat di koran-koran sehingga kisah anjing ini menjadi legenda. Sehingga orang-orang memberi makan Hachiko secara bergantian.

Kesetiaan Hachiko bertahan hingga tahun kesepuluh meninggalnya Parker. Sampai akhirnya pada musim dingin tahun ke sepuluh, Hachiko meninggal di bundaran stasiun pada tengah malam.

Pembuatan film ini diinspirasi dari kisah nyata seekor anjing bernama Hachiko yang hidup dalam rentang waktup tahun 1923-1935 di Jepang.

Kisah yang disajikan dalam Hachiko: A Dog’s Story persis sama dengan kisah aslinya. Di Jepang, sebuah monumen berupa patung untuk mengenang kesetiaan Hachiko didirikan di depan Stasiun Shibuya.

Seperti film tentang kesetiaan anjing lainnya, sebut saja "Lassie" (2005) dan "Marley and Me" (2009), film ini menyentuh sisi halus perasaan manusia. Bahkan bukan penggemar anjing pun yang menonton film ini bisa meneteskan air mata.

Kekurangan dalam film bergenre drama keluarga ini adalah banyaknya "scene" yang diulang dan adegan yang hampir mirip satu sama lain.

Singkatnya jalan cerita namun berdurasi 90 menit membuat film ini cenderung membosankan pada pertengahan cerita. Namun, emosi sedih penonton mulai meningkat ketika mendekati akhir cerita. Sutradara Lasse Hallstrom mengemas cerita ini dengan apik, dan alur yang cukup lambat.

Kerja keras tim pelatih anjing pemeran Hachiko tergolong sukses sebab anjing tersebut seolah bisa menunjukkan emosi dan ekspresinya yang memesona penonton.


Seorang profesor perguruan tinggi (Richard Gere) memungut seekor anjing yang ditinggalkan dan akhirnya mereka membentuk sebuah ikatan tak terpisahkan. Si anjing tiba di stasuin kereta api menjemput tuannya pada waktu yang sama setiap harinya. Setelah profesor meninggal ditempatnya mengajar, si anjing tetap setia menunggu tuannya di stasiun tersebut selama hampir satu decade

Sumber : (http://gosipboo.blogspot.com/2010/03/hachiko-resensi-film-hachiko-dogs-story.html)
read more...

Katakan "YES" MAN


YES MAN
Directed by Peyton Reed
Produced by Jim Carrey, David Heyman, Richard D. Zanuck
Written by
Screenplay : Nicholas Stoller, Jarrad Paul, Andrew Mogel, Book : Danny Wallace
Starring Jim Carrey, Terrence Stamp, Zooey Deschanel, Bradley Cooper, Rhys Darby, Danny Masterson
Cinematography Robert D. Yeoman
Editing by Craig Alpert
Distributed by Warner Bros

Katakan Ya Untuk Segalanya

Carl Allen (Jim Carrey) adalah seorang pria yang memiliki kehidupan yang stagnan. Sampai suatu ketika ia mengikuti program perbaikan diri yang berdasarkan pada satu kekuatan, yakni katakan 'ya' untuk segalanya.

Kekuatan positivisme mulai mengubah kehidupan Carl secara tidak terduga. Secara menakjubkan, ia mendapatkan promosi jabatan baru dan tentu saja kekasih baru. Carl mulai ambisius. Ia ingin meraih semua kesempatan yang ada. Namun, lama kelamaan Carl melakukan semua keinginan itu menjadi sangat berlebihan. Padahal, dalam alam pikirannya, semua tindakannya itu berharap menghasilkan sisi positif pada dirinya maupun orang lain.

Seperti misalnya Carl harus boogie jumping di atas jembatan, memerankan sosok Harry Potter, atau melakukan tindakan konyol terhadap kekasihnya di depan banyak orang. Suatu tindakan yang diyakini tidak pernah dilakukan Carl sebelumnya.

Pada akhirnya, sikap Carl pun sangat memalukan di depan siapa saja. Film bernuansa komedi yang diperankan Jim Carrey benar-benar memikat. Bahkan akting Carey mendapat pujian dari para kritikus film. Sebagai aktor komedi yang cukup berpengalaman, tampaknya Jim tidak kesulitan mengolah emosi agar penonton bisa tertawa.

Ia mampu menguasai sosok Carl yang semula tidak berdaya, menjadi seorang penuh ambisi.

Sisi menarik dari film ini, Jim Carrey melakukan semua adegan tanpa adanya stuntman. Seperti saat melakukan adegan boogie jumping di atas jembatan, dengan penuh keberanian Jim pun menjalaninya. Demikian juga saat dia harus berhadapan dengan anjing, Jim pun siap siaga menghalau anjing galak.
Sumber : (http://rangkuman-film.blogspot.com/2009/03/yes-man.html)
read more...

MY NAME IS KHAN


MY NAME IS KHAN

Genre : Drama
Release Date : February 12, 2010
Director : Karan Johar
Script : Shibani Bathija, Shibani Bathija, Niranjan Iyengar
Producer : Hiroo Yash Johar, Gauri Khan
Distributor : Fox Searchlight Pictures
Duration : 161 minutes
Budget : US$21 million
Official Site : .www.mynameiskhanthefilm.com

Tidak bisa disangkal jika peristiwa 11 September 2001 memang berdampak besar buat kehidupan orang Amerika. Peristiwa tragis ini membuat jurang yang sudah ada antara warga Amerika dengan imigran asal Asia dan Timur Tengah yang beragama Islam jadi semakin lebar. Rizwan Khan (Shah Rukh Khan) adalah salah satu imigran yang menjadi korban dampak peristiwa 911 ini.

Rizwan adalah seorang pemuda muslim asal India yang menderita Asperger's syndrome, kelainan yang membuatnya jadi sulit berinteraksi dengan kebanyakan orang. Rizwan kemudian memutuskan untuk pindah ke San Fransisco, Amerika Serikat, untuk mengadu nasib di negeri yang kata orang adalah tanah impian ini. Di San Fransisco ini pula Rizwan bertemu Mandira (Kajol), wanita Hindu asal India, yang juga tinggal di sana.

Meski mendapat tentangan dari kedua belah pihak keluarga, kedua anak muda ini memutuskan untuk menikah dan memulai bisnis mereka sendiri. Di saat impian mulai terwujud, peristiwa tragis 11 September menghancurkan mimpi-mimpi indah mereka berdua. Mandira yang tak sanggup menanggung beban disebut teroris dan ini membuat pernikahan Rizwan dan Mandira akhirnya berantakan.

Dengan tujuan merebut kembali hati wanita yang sangat dicintainya ini, Rizwan kemudian mengambil keputusan besar untuk melakukan perjalanan keliling Amerika Serikat. Setibanya di bandara LAX, Los Angeles, Rizwan ditangkap petugas karena tingkah lakunya yang sedikit aneh dianggap sebagai tindakan mencurigakan oleh para petugas.

Melihat Hollywood dari mata Bollywood. Pengalaman itulah yang akan dirasakan penonton saat menyaksikan Shahrukh Khan memamerkan kemampuan aktingnya. Jarang memang ada film yang bisa berbuat seperti ini. Bisa jadi Karan Johar, sang sutradara, mencoba meminjam trik yang digunakan Danny Boyle saat menggarap SLUMDOG MILLIONAIRE tapi itu tak mengapa karena Karan menyajikannya dengan cara yang cukup segar.

Karan Johar mampu menampilkan Amerika dari sisi pandang imigran asal India dan sepertinya itulah kunci sukses Karan saat membuat film ini. Isu yang disampaikan memang bukan isu baru. Diskriminasi, ketakutan, cinta, kebaikan semuanya diramu dengan baik oleh Karan dalam sebuah film berdurasi 161 menit ini. Campur tangan Shahrukh Khan dan Kajol pun tak boleh disepelekan karena dua orang ini mampu bermain cemerlang tanpa harus terlihat berlebihan. Layak mendapat acungan jempol.
Sumber: (http://gosipboo.blogspot.com/2010/02/resensi-film-my-name-is-khan.html)
read more...