“To forgive is to set a prisoner free and discover that the prisoner was you. – Memaafkan sama dengan membebaskan seorang tahanan dan mendapati bahwa tahanan tersebut adalah diri Anda sendiri.” Lewis Benedictus Smedes (1921-2002) penulis & profesor teologi California USA.
Kita mungkin selalu berpikir bahwa kita hanya bisa belajar dari mereka yang baik pada kita. Padahal sebenarnya kita dapat belajar hal berharga dari mereka yang telah melukai dan menghancurkan hati kita. Berikut ini kisah tentang Azmi Khamisa, orang yang sangat saya kagumi kebesaran hatinya memaafkan orang yang telah membunuh putra yang sangat ia sayangi, Tariq Khamisa.
Kesedihan Azmi bermula dari kejadian pembunuhan terhadap putranya pada tanggal 21 Januari 1995. Tony Hick menodongkan senjata api pada Tariq karena sakit hati Tariq menolak menyerahkan pizza gratis. Tariq tewas di tangan Tony Hick.
Hebatnya, Azmi Khamisa memilih untuk memaafkan dan berdamai. “I took a different response to this tragedy. – Saya ingin merespon tragedi ini dengan cara berbeda,” katanya. Dalam sebuah acara High Performance Leadership Program IMD, pria tersebut juga mengatakan bahwa ia tak perlu menuntut. Sebab Tariq maupun Tony sama-sama menjadi korban dua sisi senjata api yang berbeda.
Azmi berbesar hati menemui kakek Tony, Ples Felix, untuk menyampaikan bahwa ia sudah memaafkan Tony. Kebesaran hati pria tersebut membuat Ples Felix tergerak hati mendukung didirikannya yayasan Tariq Khamisa Foundation (TKF). Yayasan yang didirikan pada Oktober 1995 itu ditujukan khusus untuk memutuskan mata rantai kejahatan anak-anak dengan memberikan pendidikan tentang pentingnya membuat pilihan hidup yang tepat. Bahkan Tony bertekad untuk mendedikasikan seluruh hidupnya untuk mendukung yayasan tersebut kelak jika ia keluar dari penjara.
Sejak didirikan, yayasan tersebut setiap tahun mendidik lebih dari 20.000 orang. Kontribusi yayasan tersebut terhadap kaum muda telah banyak dirasakan manfaatnya, sebab semakin banyak anak muda sudah mampu membuat keputusan positif dan mencegah terjadinya tindak kejahatan. Dengan cara memaafkan dan berkontribusi melalui yayasan TKF, Azim mampu melewati masa sulit dan kembali menemui kebahagiaaan lagi.
“Forgiveness is something you do for yourself. If I did not forgive Tony I would be very angry at him and if I am angry who does it hurt? Myself. – Memaafkan adalah hadiah untuk diri sendiri. Jika saya tidak memaafkan Tony mungkin saya akan sangat benci dia, dan jika saya terus marah lalu siapa yang terluka? Saya sendiri (yang terluka)” katanya.
Azmi merasa memaafkan menjadikan pikiran, perasaan, dan sikapnya lebih positif. Kenyataannya, memaafkan memang jauh lebih bermanfaat bagi kesehatan mental maupun fisik, yaitu sistim kekebalan tubuh lebih kuat dan hormon yang memicu stres berkurang, hubungan sosial dan lingkungan kehidupan juga menjadi lebih baik. Masih banyak lagi keuntungan yang dapat kita petik dan cukup menjadi landasan kuat mengapa sebaiknya kita melepaskan kemarahan dan saling memaafkan.
Memaafkan memang bukan hal yang mudah dilakukan dan tidak dapat dipaksakan. “Forgiveness, like love, can't be forced. – Memaafkan sama dengan cinta, tak dapat dipaksakan,” kata Frederic Luskin, PhD, director of the Stanford University Forgiveness Project dan penulisForgive For Good: A Proven Prescription for Health and Happiness. Tetapi ada beberapa hal yang mungkin dapat melatih kita mudah memaafkan, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut.
Pertama adalah fokus pada hal-hal atau kejadian-kejadian yang positif, karena dapat menciptakan pengalaman yang mendorong kita untuk bersedia memaafkan. Tetapi bila kita mempertahankan rasa sakit karena disakiti orang lain, lambat lalun kekuatan alamiah fisik maupun spiritual kita akan hancur dan menjerumuskan diri kita sendiri kedalam pengalaman yang lebih berat. Oleh sebab itu, berusahalah melihat kebenaran dan sisi positif dari segala hal. Memang butuh perjuangan, tetapi dengan cara itu kehidupan kita akan lebih menyenangkan.
Kedua adalah melakukan manajemen stres, dengan cara meditasi, mengambil nafas panjang, relaksasi, dan lain sebagainya. Kita boleh berharap memiliki segala yang kita inginkan, tetapi apa daya kenyataan memberi apa yang kita miliki saat ini. Bermacam cara manajemen stres seperti itu akan membantu kita menerima dengan ikhlas situasi apapun yang sedang kita alami dan bersabar menghadapi tantangan berikutnya.
Ketiga adalah mendalami nilai-nilai agama yang dianut, dengan beribadah dan berdo’a sekaligus melaksanakannya. Kekuatan spiritual memudahkan kita bersyukur atas segala yang masih kita miliki, berserah dan berpikir positif atas kehendak Tuhan YME. Bila kita tekun menjalankan langkah ini maka kita akan mudah melupakan kesalahan orang lain, mendapatkan ketenangan pikiran dan kebahagiaan, serta mampu bertindak lebih positif.
Keempat adalah berempati yaitu mencoba membayangkan keadaan orang yang telah melakukan kesalahan kepada kita dan berusaha memakluminya. Cara ini butuh kesabaran dan mungkin sedikit sulit. Tetapi cara ini setidaknya membantu kita agar tidak menjadi korban rasa sedih, marah, kecewa, dan bermacam perasaan menyedihkan lainnya.
Kemarahan dapat memicu stres, hipertensi, sakit jantung, berbagai penyakit dan perasaan negatif lainnya. Jika kita mampu mengubah kemarahan menjadi memaafkan, itu akan memberi kekuatan pada kita untuk melakukan lebih banyak tindakan positif dan rasa percaya diri menatap masa depan. Bagaimanapun juga memaafkan akan membuat diri kita menjadi jauh lebih baik. Jadi jangan pernah berhenti untuk belajar, terutama belajar memaafkan.
Sumber : DATO DR. Andrew Ho (http://www.andrewho-uol.com/articles_liw.html)
0 comments: on "Memaafkan"
Posting Komentar