Latest Posts

NEW YEAR ?


Setiap tanggal 31 Desember, banyak orang berkumpul dengan keluarga, saudara dan teman – temannya untuk mengadakan berbagai acara baik pesta yang begitu meriah, atau sekedar berbincang- bincang sambil menanti kembang api dilangit sebagai tanda untuk menutup tahun yang akan berlalu, dan menanti – nantikan tahun yang akan datang.

1 Januari di tahun yang baru sebagian besar dari kita, membuat begitu banyak permohonan, banyak impian dan harapan di tahun yang baru. Kita menuliskan setiap impian itu dengan begitu percaya bahwa semua impian – impian tersebut akan tercapai. Termasuk sebuah kalimat klise yang selalu terdengar, “Tahun ini harus lebih baik dari tahun kemarin.”

Tapi apa yang terjadi pada hari – hari berikutntya, minggu berikutnya, hingga berganti bulan dan sampai lagi pada bulan terakhir di tahun tersebut. Ada orang yang bisa mewujudkan impiannya, ada orang yang belum bisa mewujudkannya, atau bahkan ada orang yang yang hidupnya tak lebih baik dari tahun sebelumnya.

Mengapa hal ini terjadi ? Dan apakah pola ini terus berlanjut ?  Hip hip hura, dan kemeriahan tahun baru dengan segala impian dan harapan diakhiri dengan hip hip hura lagi untuk tahun berikutnya, begitu juga akan terjadi lagi pada tahun berikutnya dan tahun berikutnya lagi. Semangat dan harapan yang begitu menggebu hanya pada awal tahun saja, dan kembali lagi pada kondisi biasa selama 364 hari berikutnya hingga tanggal 1 januari datang kembali… 
read more...

BELIEF


Oleh Chandra Putra Negara
Website    :  www.chandraputranegara.co.id
Facebook :  Chandra Putra Negara
Twitter     :  @ChandraPnegara

Belief adalah suatu pemahaman dalam bentuk keyakinan yang dimiliki setiap orang sejak dalam janin hingga dewasa,.
Bagaimana bisa sejak dalam janin Belief sudah terbentuk ?
Berikut saya akan berikan bagaimana belief itu terbentuk:

1.Sejak Zygot
Apa yg disampaikan orangtua akan terekam dengan jelas oleh Pikiran Bawah Sadar kita, jadi kalau orang tua suka berbicara yg positif kelak anaknya juga positif..
Kalau suka berbicara pesimis dan negatif, jangan salah kalau setelah dewasa anak itu cenderung minder & memiliki citra diri yang buruk.
Jadi kalau orang tua selalu bilang anak itu membawa keberuntungan maka setelah dewasa anak itu pasti akan senantiasa membawa HOKI.
Tetapi kalau selama didalam kandungan orangtuanya suka bilang anak ini bawa sial, bahkan cenderung tidak diinginkan (karena kehamilan yang tidak diharapkan)
Maka kelak anak ini suka menyendiri, mudah depresi, cemas
why? Karena Belief nya sudah dibangun sejak dalam kandungan,
itulah sebabnya bagi para orang tua yang membaca link ini saya himbau sekarang juga minta ampun kepada YANG MAHAKUASA untuk menyadari kekeliruan yang dilakukan selama mengandung anak Anda.
Niscaya Belief itu akan berubah seketika dan berubah menjadi lebih baik. 

2.Semasa Kecil
Tayangan TV, lingkungan tetangga sangat mempengaruhi proses terbentuknya Belief , kalau dari kecil si anak suka diberikan tayangan sinetron yang berisi perceraian, suka melukai pasangan, jangan heran kalau dewasa kelak kehidupan pernikahannya juga bermasalah kalau suka diberi tayangan hantu, maka jangan kaget kalau anak anda suka 'melihat' hal-hal yang tidak perlu dilihat, kalau Anak Anda dari kecil
Suka dikata-katain, AWAS KALAU NAKAL DITANGKAP POLISI, itulah sebab setelah dewasa lihat Bapak Polisi bisa ketakutan minta ampun, padahal polisinya baik….hahaha

3.Guru
Figur Teladan seperti tokoh masyarakat,bintang film, tokoh agama. Sadari atau tidak PERILAKU ANDA mirip dengan figur Anda,
Contoh: kalau Anda mengidolakan Aktor/Aktris tertentu maka gaya berpakaian anda, cara berbicara Anda, cara berpikir Anda akan mirip bahkan menyerupai TOKOH IDOLA Anda,
why?...  Karena Belief Anda sudah ditanamkan oleh mereka secara tidak Anda sadari
Kalau Figur yang memiliki otoritas,
Contoh Guru, Tokoh Masyarakat bilang, cari uang susah, uang itu sumber malapetaka, dst
Maka JANGAN BERHARAP Kklak Anda akan menjadi manusia yg kaya,
Why? Karena belief Anda sudah mengatakan demikian. Itulah sebab Belief  itu akan menjadikan siapa diri anda kelak! Kalau Belief anda senantiasa cinta damai,harmonis,(+) maka kelak Anda juga akan berkomunitas dengan orang yg sesuai dengan Belief anda.

4.Lagu yang Anda suka dengar
Kalau lagu cengeng setiap hari yang anda dengar maka kalau kena masalah anda gampang cengeng
Ternyata lagu itu kalau dinyanyikan terus menerus akan menjadi Belief.Coba pernahkan Anda dengar lagu Olimpiade isinya Negatif??
Lagu-lagu pemenang pasti membangun, coba Anda tengok kehidupan penyanyi terkenal, saya tidak mau sebut penyanyinya, tapi liriknya seperti ini:
PERGI Sajaaaa, cintaku pergiii, biar sajaaaaa....., bukankah sang penyanyi cintanya pergi beneran?? Lagu itu enak didengar tapi Liriknya..
Itulah yg secara tidak Anda sadari membentuk Belief anda! Jadi saran saya pilihlah lagu yg positif, membangun, dinamis, semangat dsb

5.Peristiwa Emosional
Peristiwa yg membuat Anda trauma, ternyata sebuah kejadian bisa membentuk Belief ,
Contoh: Sepasang remaja yang sedang jatuh
Cinta pertama, tetapi karena sebuah sebab PUTUS. Dan secara emosional sang wanita bilang (semua laki-laki adalah penjahat), maka..
Kelak sang wanita akan kesulitan menemukan jodoh yang baik dan dewasa, why?? Karena Belief nya semua lelaki adalah penjahat! Hati-hati dengan Belief.

Itulah 5 Belief yang saya singkat di dalam link ini, untuk detailnya Doakan saya bisa menerbitkan buku ke dua dan membuat seminar yg membangun
Tips terakhir yg saya kutip dari buku Badai Pasti Berlalu hal 57:
1) Apakah Belief anda bermanfaat bagi orang tua,keluarga,dan org lain?
2) Apakah Belief anda tidak bertentangan dengan ajaran agama anda?
3) Apakah Belief anda mempunyai kontribusi maksimal terhadap Impian Anda?
4) Apakah Belief anda sudah sesuai dengan apa yang anda lakukan atau malah sebaliknya yaitu
    semakin melenceng dari tujuan semula?
5)Apakah Belief anda membuat anda semakin happy?

Kalau semua jawaban YA, maka Belief anda sudah cukup baik, kalau sebagian SADARI, minta ampun kepada Tuhan dan UBAH SEKETIKA. Bila semuanya TIDAK, saya pun berdoa untuk diri anda semoga segera kembali ke jalan yg benar hahhahahahaha.
Selamat menikmati Belief  baru!





read more...

Selamat Tinggal Daniel



“Kita putus!” Masih terngiang ditelingaku kalimat yang diucapkan Agnes dua jam yang lalu.
Aku hanya diam membisu. Seolah ada sesuatu yang tajam menusuk ke dalam hatiku.
“Kamu ngga kayak cowok teman-teman aku yang lain. Kalau mau dibandingin kayak langit dan bumi deh. Semuanya pada cerita tentang kehebatan dan kelebihan pacar mereka sedangkan aku? Aku ngga tau harus ngomong apa!”
Aku memilih diam dan mendengarkan alasannya memutuskan hubungan kami yang sudah berjalan dua tahun.  Tepatnya hari ini kami dua tahun jadian.
“Masa hari gini dia ngga punya Blackberry?! Yang ada hanya Hp butut nan tua. Yang bisa untuk sms dan telpon doang. Sedangkan pacar teman-teman aku, jangankan BB, iphone pun punya. Trus kamu ngga pernah jemput aku. Jangankan pake mobil. Sepeda aja ngga punya, apa lagi motor! Ke mana-mana naik angkot. Duh, padahal Jakarta kan panas dan berdebu di mana-mana. Coba lihat tuh, cowoknya si Ririn. Mau naik mobil apa aja bisa. Tinggal pilih yang ada di garasi rumahnya. Sopir ngga cuma satu tapi lebih. Ke mana aja pasti dianterin. Sementara, kamu?! Jauh banget……”
Aku mencoba menahan rasa sakit tersebut.
“Kamu tidak pernah ajak aku makan di kafe atau restoran yang berkelas gitu. Yang ada minum es teh dan makan bubur di pinggir jalan. Kan kalo teman-teman aku liat bisa gengsi aku. Gengsi segengsi gengsinya. Gokil, malu-maluin banget sebanget bangetnya!”
Hatiku hanya berbisik, “Jadi selama ini kamu malu kalau aku ajak kamu makan di pinggir jalan?”
“Kamu ngga pernah ngasih aku kado atau sesuatu yang “mahal” gitu. Coba, si Keisha yang baru jadian satu bulan ama si Tio, pake liontin berlian. Sedangkan aku? Mimpi kali yeeee….”
Akhirnya bibirku pun mengeluarkan kalimat tersebut. “Maaf, kalau selama kita jadian aku tidak bisa seperti  pacar teman-teman kamu. Terima kasih kalau kamu pernah hadir dalam hidupku. Seharusnya dari awal kamu tau kalau aku hanya anak yatim piatu yang tidak memiliki apa-apa.”
Detik berikutnya aku hanya melihat punggung Agnes yang meninggalkanku. Meninggalkan sebuah luka dihatiku.
*****

“Ko Tara!” teriak Daniel menyambut kedatanganku. Sebuah pelukan hangat membalut tubuhku. Sambutan Daniel menjadi obat sakit di hatiku.
Aku membalas pelukannya. Detik berikutnya air mataku jatuh tak tertahan. Aku tidak pernah menyesal terlahir dikeluarga yang miskin. Aku tidak pernah menyalahkan Tuhan ketika aku harus kehilangan kedua orang tuaku lima tahun yang lalu. Waktu mereka pergi untuk selama-lamanya, Daniel baru berusia dua tahun. Beruntung waktu itu aku baru saja menyelesaikan bangku SMA.
Aku  harus membesarkan Daniel sendiri dengan hasil uang yang aku dapat dari menjadi seorang social media specialist dan brand consultant yang aku rintis.
“Kamu sudah makan?” tanyaku sambil menatap wajah Daniel.
“Aku nunggu koko! Aku mau makan dengan koko!”
Aku memperhatikan wajah Daniel! Pucat! Sementara ada tanda bercak darah pada kulitnya yang putih.
“Kamu ngga kenapa-napakan, Dan?” Tanyaku penuh dengan kekuatiran.
“Koko, Daniel sehat-sehat saja! Cuma tadi sempat mimisan!”
Aku terkejut mendengar jawaban Daniel.
“Selesai makan nanti kita ke dokter ya?”
“Daniel, takut di suntik!”
“Kamu ngga usah takut! Kan ada koko! Disuntik cuma kayak digigit semut merah.”
“Ya, udah! Tapi aku ditemanin sama koko ya?”
Aku menggangukkan kepalaku tanda setuju.
*****

Daniel dirujuk ke Bagian Anak di salah satu Rumah Sakit di Jakarta . Di rumah sakit itu, sumsum tulang belakangnya diambil. Ternyata trombositnya rendah, sedangkan sel darah putih berlebihan. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan, ia positif terjangkit leukemia dan harus menjalani pengobatan selama dua tahun.
Pada tiga bulan pertama, Daniel dikemoterapi dan diberi obat antikanker (stitostika). Setiap kali mendapat pengobatan, ia muntah, nyeri pada sendi, dan rambut rontok. Sel kanker pun menjalar hingga ke bagian otak. Harapan untuk sembuh kian tipis.
“Koko! Daniel sayang koko!” ucap Daniel ketika memelukku diatas ranjangnya.
“Koko juga sayang Daniel! Tuhan pasti sembuhkan kamu!” aku mencoba menghiburnya. Setiap hari aku meyakinkannya, kalau dia pasti sembuh.
“Besok, Daniel sudah bisa pulang!”
Mungkin itu berita gembira bagi Daniel. Tapi bagiku, tidak! Uang tabunganku sudah habis untuk membiayai pengobatan Daniel. Dua hari yang lalu aku terpaksa menjual laptopku untuk menutupi biaya yang belum aku lunasi. Daniel tidak akan mendapatkan terapi lagi.
“Daniel, malu!”
“Malu kenapa sayang?”
“Kepala Daniel botak!”
“Tapi koko ngga pernah malu punya adik yang kepalanya botak!”
“Koko, minggu depan Daniel ulang tahun yang ke delapan loh!”
Aku menatap Daniel. “Koko ingat kok! Daniel mau kado apa?”
Daniel berpikir sejenak.
“Daniel cuma mau sembuh. Daniel ngga mau kado apa-apa.”
“Serius? Daniel suka SpongeBobkan?”
“Suka banget!”
“Mau ngga kalo koko kasih boneka SpongeBob?”
“Mau!” sahut Daniel dengan semangat!
*****

Daniel menatapku. Sebuah tatapan yang menyiratkan pertanyaan untuk aku jawab.
Daniel memelukku. Air matanya jatuh. Aku mengumpulkan semua kekuatan untuk tersenyum.
“Koko, kita tinggal di sini?” tanyanya dengan polos.
Aku mencoba menguatkan hatiku.
“Iya, sayang. Ini rumah baru kita.”
Mendengar jawabanku, Daniel menuntunku untuk masuk ke gubuk tersebut. Gubuk tua yang aku kontrak di pinggiran rel kereta api.
Semuanya sudah habis aku jual untuk membiayai pengobatan Daniel. Untuk urusan kerjaan aku terpaksa ke warnet terdekat.
Tapi aku bersyukur dan percaya, semuanya akan indah pada waktunya.

*****

Aku memeluk Daniel dengan lembut yang terbaring beralaskan kasur tipis.
“Koko… Daniel sayang koko!”
“Koko juga! Koko sayang Daniel!”
“Ko, apa artinya meninggal dunia?”
Pertanyaan yang menghentakkan diriku yang lelah dan lapar.
“Artinya, kamu akan suatu tempat yang jauh. Tempat di mana kamu berasal.”
“Perginya sendirian?” tanyanya lemah.
Mataku berkaca-kaca. Namun aku mencoba untuk menahan agar air mata itu tidak jatuh.
“Sendirian. Tapi kamu jangan takut.”
“Kalau aku meninggal dunia, siapa yang akan menemani koko?”
Akhirnya air mataku juga jatuh. Diantara penderitaannya dia masih memikirkanku.
“Aku tahu, koko sering ngga makan biar aku kenyang. Koko sering jalan kaki ke mana-mana biar bisa belikan aku sesuatu setiap hari. Nanti di sana, siapa yang motongin kuku Daniel?” ucapnya sambil meneteskan air matanya.
Aku memeluknya.
“Kamu ngga usah mikirin koko ya, sayang!  Tuhan pasti menjaga koko.”
“Nanti kalau aku sudah besar dan punya uang yang banyak. Aku mau belikan koko sebuah toko. Biar koko ngga usah kerja lagi. Trus belikan koko rumah dan mobil, biar kalau hujan bisa tetap tidur enak dan tidak perlu lagi jalan kaki.”
Mulutku tertutup rapat. Bungkam. Tak ada kata yang bisa melewati kerongkonganku. Di tengah rasa sakitnya, dia masih menyimpan sebuah impian. Bukan keluh kesah karena sakit yang di deranya.
“Koko, aku pengen jadi motivator kayak koko!”
“Kamu pasti bisa, sayang!”
“Tapi kenapa koko ngga pernah dibayar kalo ngasih motivasi ke orang?”
Aku mengusap wajahnya yang polos dan penuh tanda tanya.
“Melayani itu ngga boleh mikirin bayaran.”
Daniel tersenyum.
“Koko, aku mau nyanyi buat koko.”
“Koko mau dengar suara merdu kamu, sayang.”
Detik berikutnya suaranya memenuhi gubuk tua tempat kami tinggal.
*****
“Koko, kenapa nangis?” tanya Daniel dengan lemah.
Hari ini keadaan Daniel kritis. Terpaksa aku membawanya ke rumah sakit.
Aku menghapus air mataku.
“Tuhan sembuhkan atau tidak, bagi Daniel Tuhan tetap baik!”
Aku menggangukan kepalaku tanda setuju dengan ucapannya.
“Koko…. Terima kasih buat boneka SpongeBobnya ya!”
“Sama-sama sayang.”
Daniel mengambil sesuatu dibalik bantalnya.  Lalu dia melihatnya dengan lemah.
Foto kedua orang tuaku bersama aku dan Daniel yang masih bayi.
“Koko, maafin Daniel ya kalo selama ini Daniel nakal dan repotin koko. Nanti kalo Daniel ke Surga, Daniel akan cari mama dan papa. Koko ngga usah kuatir lagi.”
Aku memeluk Daniel. Ya Tuhan! Aku belum siap kehilangan Daniel!
Dengan pelan Daniel mengucapkan sebait doa sambil memeluk boneka SpongeBobnya.

Tuhan….
Aku lapar! Sangat Lapar!
Tapi aku tidak ingin meminta makanan.
Aku hanya minta berkati mereka yang kelaparan sepertiku.

Tuhan…
Aku sakit! Sangat sakit!
Tapi aku tidak meminta kesembuhan.
Aku hanya minta sembuhkan mereka yang sakit sepertiku.

Tuhan…
Aku sebatang kara!
Tapi aku tidak meminta boneka.
Aku hanya minta hiburkan mereka yang kesepian.

Tuhan…
Bajuku penuh tambalan.
Tapi aku tidak meminta baju baru.
Aku hanya minta berkati mereka yang berkekurangan.

Tuhan…
Aku tidak ingin mujizat-Mu.
Meski aku tahu, Engkau sanggup melakukan-Nya.
Aku hanya minta, tunjukkan mujizatmu kepada mereka yang tidak mempercayai-Mu.

Tuhan…
Kalau nanti aku meninggal.
Aku tidak ingin ada yang menangis.
Tapi aku ingin mereka tersenyum. Tersenyum karena aku bertahan hingga akhirnya.

Tuhan…
Malam ini aku tidak meminta apa-apa untuk diriku.
Jadilah kehendakmu di bumi seperti di Surga.
Karena aku tahu, bersama-Mu semuanya akan Engkau berikan.
AMIN
Detik berikutnya Daniel menatapku dengan lembut dan lemah. Perlahan-lahan matanya tertutup rapat. Air mataku jatuh berderai tak tertahan.

Apa yang dapat teman – teman petik dari cerita diatas?

Sumber : http://motivatorsuper.com/selamat-tinggal-daniel/3917
read more...